Mayoritas suku yang mendiami wilayah Papua Barat yaitu Suku Arfak, dalam suku Arfak ada beberapa sub suku dan salah satunya adalah suku Soubg. Hiduplah seorang ayah yang menginspirasi, penuh dedikasi yang hidup bersama keluarganya. Mereka tinggal di sebuah Rumah Kaki seribu yang terletak di antara gunung, lembah, dan sungai.
Di Sana terpampang sudut pandang Asmara saat mata menatap deretan pemukiman berwarna yang diselimuti kabut pagi dengan warna dedaunan yang berpadu lembut dengan cahaya mentari, menginspirasi rasa tenang seperti seduhan tetesan embun pagi yang menyejukkan jiwa, Distrik Neney.
Dalam kehidupan sehari-hari, di sela kabut gunung, beliau dan keluarganya berjalan menuju lereng gunung untuk menanam harapan yakni Rica (cabai), tomat, wortel, daun bawang, sayur sawi serta pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu, dan talas (keladi). Kegiatan ini dilakukan secara tradisional dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari dan juga sebagai upaya menambah penghasilan keluarganya. Dalam aktivitas keseharian ada buah tangan yang di tinggalkan sebagai aset terpenting dalam keluarganya. Aset yang di tinggalkan oleh leluhur untuk generasi adalah komoditas yang bernilai, kakao. Komoditas kakao ini sudah lama ditanam oleh leluhur saat menjalahi wilayah tersebut, komoditas itu pun di rawat dengan sepenuh hati oleh seorang ayah karena ini merupakan hasil keringat dan jerih payah dari leluhurnya.
Jerih payah dan perjuangan dalam merawat serta menjaga tanaman kakao terus dilakukan. Namun, seiring berjalannya waktu, produktivitas kakao mengalami penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Meskipun demikian, kondisi ini bukanlah masalah yang harus dihindari, melainkan tantangan yang perlu dihadapi dengan semangat dan langkah-langkah perbaikan yang tepat.
Pada tahun 2024, Mnukwar Tanah Papua kembali mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan program hingga Fase IV setelah berhasil melalui Fase I, II, dan III dengan hasil yang membanggakan. Pada Fase IV ini, fokus program diarahkan pada penguatan komoditas unggulan daerah, dengan perhatian khusus pada perbaikan budidaya tanaman kakao. Langkah ini diambil sebagai upaya strategis untuk memperluas sumber ekonomi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah binaan.
Dalam upaya penguatan komoditas unggulan di Kampung Aryawenmoho, dilakukan riset lapangan untuk mengidentifikasi potensi dan sebaran komoditas utama di wilayah kerja Mnukwar Tanah Papua. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa beberapa kampung di Distrik Neney memiliki potensi besar dalam pengembangan tanaman kakao. Berdasarkan temuan tersebut, kampung yang menjadi prioritas dan penerima manfaat program salah satunya adalah Kampung Neney.
Di kampung kecil yang dikelilingi hamparan hijau kebun kakao ini, terdapat kisah inspiratif tentang seorang ayah sederhana yang setiap harinya tidak pernah lelah merawat tanaman kebanggaannya. Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya terbit, ia sudah berada di kebun memeriksa batang demi batang kakao, memastikan tidak ada daun yang terserang penyakit atau Hama. Baginya, kebun kakao bukan sekadar sumber penghidupan, melainkan warisan dan harapan untuk masa depan keluarganya.
Pada kunjungan awal Field Officer Mnukwar Tanah Papua ke lokasi tanaman kakao, Tim disambut dengan pemandangan yang mengagumkan. Petani dampingan ini, ternyata telah memiliki kebun kakao yang bersih dari gulma, suatu hal yang jarang ditemui di kunjungan awal. Raut wajah Tim Field Officer pun tersenyum penuh kekaguman dan harapan, sebab tidak semua petani, terutama yang sudah berusia lanjut, memiliki kebun yang terawat dengan baik seperti ini.
Setelah melakukan observasi awal, Tim memulai kegiatan monitoring dan identifikasi pohon satu per satu untuk mengukur sejauh mana pemahaman petani dalam hal perawatan tanaman kakao. Dari hasil identifikasi tersebut, ditemukan bahwa pola pemangkasan tanaman kakao belum sepenuhnya diterapkan oleh petani. Melihat hal itu, Tim Field Officer kemudian memberikan edukasi tentang teknik pemangkasan yang meliputi tiga aspek utama:
· pemangkasan bentuk,
· pemangkasan produksi, dan
· Pemangkasan pemeliharaan.
Melalui pendampingan ini, diharapkan petani dapat memahami pentingnya pemangkasan yang baik sebagai salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen kakao.
Dengan tekad kuat, ia mulai mengikuti pelatihan dari Field Officer Mnukwar dan dapat di aplikasikan pada tanaman kakaonya. Dari pendampingan intensif dan diskusi sederhana yang dilakukan Mnukwar, ia memahami pentingnya menjaga dan merawat kakao. Lebih dari sekadar bertani sang ayah telah memberikan teladan tentang ketekunan, kesabaran, dan cinta terhadap tanah tempat ia berpijak. Ia tidak hanya menanam kakao, tetapi juga menanam harapan bagi keluarganya dan generasi muda di kampungnya untuk tidak meninggalkan pertanian.
Kini, kebun kakao itu bukan hanya sumber penghasilan, tetapi juga simbol perjuangan dan dedikasi seorang ayah yang menginspirasi banyak orang untuk tetap berjuang, meskipun keadaan tidak selalu mudah. Dari hasil perjuangan dan kerja keras sang ayah, kini hasil produksi kakao mulai mengalami perubahan yang sangat signifikan berdasarkan uraian tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Panen biji kakao sebelum Intervensi
|
Bulan |
Total |
||
|
Okt |
Nov |
Des |
|
|
25/kg |
20/kg |
30/kg |
75/kg |
|
|
|
|
|
Sumber, Data Primer (2024)
Jerih payah dan perjuangannya dalam merawat tanaman kakao tidaklah mudah. Seiring berjalannya waktu, produktivitas kakao mulai menurun, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Serangan Hama dan penyakit menjadi tantangan besar yang harus dihadapi. Namun, bagi sang ayah, semua itu bukanlah alasan untuk menyerah. Ia percaya bahwa setiap masalah pasti memiliki jalan keluar.
Dengan tekad kuat, ia mulai belajar dari Tim Mnukwar secara teoritis (diskusi) dan praktisi (pemangkasan). Dengan keterlibatan saat pendampingan, ia memahami pentingnya pemangkasan, pembersihan gulma, sanitasi, pemupukan, peremajaan, pengendalian Hama/penyakit, fermentasi dengan benar, dan memilih bibit unggul agar hasil panen tetap berkualitas. Lebih dari sekadar bertani sang ayah telah memberikan teladan tentang ketekunan, kesabaran, dan cinta terhadap tanah tempat ia berpijak. Ia tidak hanya menanam kakao, tetapi juga menanam harapan bagi keluarganya dan generasi muda di kampungnya untuk tidak meninggalkan pertanian. Kini beliau sudah merasakan perubahan yang sangat signifikan saat di dampingi.
Tabel 2. Hasil Panen biji kakao sesudah Intervensi
|
Bulan |
Total |
||
|
Mei |
Juni |
Juli |
|
|
50/kg |
190/kg |
210/kg |
450/kg |
|
|
|
|
|
Sumber, Data Primer (2025)
Kini, kebun kakao itu bukan hanya sumber penghasilan, tetapi juga simbol perjuangan dan dedikasi seorang ayah yang menginspirasi banyak orang untuk tetap berjuang, meskipun keadaan tidak selalu mudah.
Di tengah hamparan kebun yang hijau, seorang ayah tampak duduk beristirahat di bawah rindangnya pohon kakao. Keringat masih membasahi wajahnya, namun senyum kecil terukir jelas di bibirnya. Bagi sebagian orang, kebun ini mungkin hanya sekumpulan pohon biasa, tetapi bagi sang ayah, di sinilah sumber kehidupan dan cerita perjuangan panjangnya bermula.
Bertahun-tahun ia merawat pohon-pohon kakao itu dengan penuh kesabaran. Setiap musim datang dengan tantangan baru Hama yang menyerang, cuaca yang tak menentu, hingga harga pasar yang sering tak berpihak. Namun, semangatnya tak pernah pudar. Ia percaya, hasil yang baik akan datang bagi mereka yang bekerja dengan hati.
Sang ayah tahu, merawat kakao bukan sekadar menanam dan memanen. Ia belajar memahami tanda-tanda alam, menjaga kelembapan tanah, dan merawat setiap batang agar tetap subur. Ketika hasil panen menurun, ia tidak menyerah.
Kini, di bawah naungan pohon yang dulu ia tanam dengan tangan sendiri, ia bisa tersenyum bangga. Senyum yang lahir dari kerja keras, kesabaran, dan cinta terhadap tanah yang telah memberi kehidupan bagi keluarganya.
Tersenyum di bawah rindangnya pohon kakao bukan sekadar tanda kebahagiaan, melainkan lambang keberhasilan seorang ayah yang telah berjuang tanpa henti demi masa depan yang lebih baik bagi dirinya, keluarganya, dan generasi penerus di kampungnya.